Artikel PTS

SUPERVISI KLINIS SEBAGAI  ALTERNATIF  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS III DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI GUGUS  CUT  NYA DIEN  KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

 

Oleh

Drs. Salimudin, M.Pd

Pengawas TK/SD/SLB UPTD Kec.Wanasari Kab.Brebes

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelangi hasil supervisi akademik semester II tahun pelajaran 2010/2011 terhadap 36 guru kelas rendah di 12 sekolah binaan dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik masih rendah. Hal ini disebabkan (1) kurangnya dampingan dan bimbingan dari pengawas sekolah, (2) pelaksanaan supervisi akademik belum menggunakan teknik supervisi yang sesuai,(3) rendahnya pemahaman guru dalam menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, (4) rendahnya guru dalam mengembangkan jaringan tema, dan (5) dalam mengembangan silabus dan  rencana pelaksanaan pembelajaran tidak diawali dengan pemetaan kompetensi dasar. Masalah yang diteliti adalah rendahnya kemampuan guru dalam pembelajaran tematik di kelas III.dan tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran tematik. Penelitian ini merupakan  penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus mengacu  pada tujuan dan permasalahan penelitian. Tindakan pada siklus 2  tergantung dari hasil refleksi  pada siklus sebelumnya dan seterusnya sampai tercapai tujuan  yang diharapkan.Hasil dari penelitian ini ternyata ada peningkatan secara signifikan pada kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran tematik yaitu dari 41,3 atau 58,8 % kategori cukup pada siklus 1,menjadi 55,7 atau 78,4 % pada siklus 2 dengan demikian ada peningkatannya sebesar 13,8 atau 19,6 %. Pelaksanaan supervisi dengan teknik supervisi klinis mengubah pandangan guru dari merasa takut manakala akan disupervisi menjadi merasa senang dan nyaman  karena supervisi klinis bertujuan memberikan layanan dan bantuan

Kata kunci  : Supervisi klinis, pembelajaran tematik

         Pendahuluan

         Salah satu dimensi kompetensi yang harus dikuasai oleh pengawas adalah dimensi supervisi akademik. Dari delapan  kompetensi pada dimensi akademik  yang harus dimiliki pengawas adalah kompetensi yang berkenaan dengan pemahaman utuh tentang proses belajar dan pembelajaran. Karena pengawas dituntut untuk dapat memberikan pengarahan profesional pada masalah belajar dan pembelajaran yang terjadi di kelas. Hal ini sejalan dengan  Acheron dan Gall (1987) yang mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan interaksi tatap muka dan membangun hubungan antara guru dan pengawas.

          Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses.pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.  Menurut Blumberg (1980) dan Cogan (1973) peningkatan kualitas pembelajaran guru akan meningkatkan kualitas belajar siswa. Sehingga pembinaan dan pemberian dampingan secara kesinambungan yang dilakukan oleh pengawas akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dan berdampak pada kualitas hasil belajar.

          Hasil supervisi akademik yang dilakukan oleh peneliti pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 terhadap guru kelas rendah di 12 sekolah binaan di gugus Cut Nya Dien di UPTD Pendidikan Kecamatan Wanasari belum optimal. Dari jumlah guru 36 di kelas rendah yang menerapkan pembelajaran tematik 40%, selebihnya melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran. Hal ini, menunjukkan bahwa kemampuan guru kelas rendah dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik masih memprihatinkan. Padahal guru yang baik adalah guru yang melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, bukan hanya sebatas melaksanakan kewajiban menyampaikan materi ajar kepada peserta didik. Kekeliruan ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang mengamanatkan bahwa pembelajaran pada kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas tinggi yaitu kelas  IV, V, dan VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.            Rendahnya kemampuan guru dalam pebelajaran tematik mungkin disebabkan karena kurangnya dampingan dan bimbingan teknis oleh pengawas kepada guru kelas rendah. Disamping itu juga.rendahnya pemahaman guru (1) menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran serta menjelaskan materi ajar, (2) pengelolaan kelas dan sumber belajar dan media pembelajaran penerapan strategi pembelajaran, (3) pemberian penguatan dan pelaksanaan evaluasi. Kemungkinan lain dalam mengembangan silabus dan rencanan pelaksanaan pembelajaran tidak diawali dengan pemetaan kompetensi dasar dan penetapkan jaringan tema. Akibatnya, proses pembelajaran tematik yang seharusnya menggunakan tema dalam mengkaitkan beberapa mata pelajaran tidak terlaksana. Menurut Muslich (2006) pembelajaran tematik sangat sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas rendah di sekolah dasar sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.  .

          Rendahnya guru dalam pembelajaran tematik jika dibiarkan akan berdampak pada kesulitan yang berkelanjutan baik bagi peserta didik maupun bagi sekolah .Bagi sekolah masalah ini akan mempengaruhi hasil belajar yang akan berdampak pada kenaikan kelas, apalagi masalah ini terjadi pada kelas rendah yang berakibat tingginya angka akan mengulang kelas  Untuk itu, maka perlu adanya pembenahan dan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan guru kelas rendah dalam pembelajaran tematik, supervisi akademik dengan teknik supervisi klinis merupakan salah satu alternatif  pemecahannya .

        Berdasarkan uraian masalah di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah melalui supervisi akademik dengan teknik supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran tematik di Gugus Cut Nya Dien Kecamatan Wanasari Kab Brebes pada semester II  tahun pelajaran 2009/2010 ?

         Rencana pemecahan masalah ini dilakukan  melalui penelitian tindakan sekolah yang diperkirakan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus mengacu  pada tujuan dan permasalahan penelitian. Tindakan pada siklus 2  tergantung dari hasil refleksi  pada siklus sebelumnya dan sampai tercapai tujuan  yang diharapkan. Sedangkan tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas III  dalam  pembelajaran tematik. Adapun penelitian ini dilaksanakan hasilnya diharapkan bermanfaat bagi guru yaitu guru dapat memperbaiki mutu kinerja atau meningkatkan proses pembelajaran tematik sesuai dengan standar proses serta dapat mengembangkan keterampilan dalam menghadapi  permasalahan yang nyata  dalam proses pembelajaran di kelas.

 

   Hakikat Pembelajaran

         Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sitematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Belajar  merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Menurut Bell-Gredler (1986) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi, keterampilan dan sikap. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.. Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan peserta didik. Sebelumnya kita menggunakan istilah proses belajar mengajar dan pengajaran. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction. Menurut Gagne, Briggs ,dan Wager (1992) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan  yang dirancang  untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Kemudian menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas memaknai pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik

         Dari uraian di atas maka penulis membuat simpulan bahwa pembelajaran adalah upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.  Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Menurut Muslich (2007) pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan temauntuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik,

             Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan serta perkembangan anak.

         Dengan pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, dan (d) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

            Pelaksanaan pembelajaran tematik dilakukan beberapa tahapan yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan sebagai beriku (1) pemetaan kompetensi dasar, (2) pengembangan jaringan tema, dan (3) pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah  penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator.Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, (2) indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan (3) dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.

            . Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (1) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, (2) dari yang termudah menuju yang sulit, (3) dari yang sederhana menuju yang kompleks, (4) dari yang konkret menuju ke yang abstrak, (5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa, dan (6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

        Tahapan kegiatan pelaksanaan pembelajaran tematik menurut BSNP (2007) setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan,  kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit).

   Hakikat Supervisi

              Secara etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian ini merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat kedudukan lebih tinggi daripada yang  di lihat. Menurut Pidarta (2009) supervisi adalah segala bantuan dari para pimpinan sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Satori (2004) supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Kata kunci dari pemberian supervisi pada akhirnya ialah memberikan layanan dan bantuan (Suhertian, 2000). Mengacu beberapa pendapat di atas supervisi dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan layanan dan pembinaan yang direncanakan oleh pengawas sekolah  yang dilakukan secara sistematis untuk membantu para guru dan pegawai baik secara individu atau kelompok dalam usaha memperbaiki pembelajaran atau melakukan tugasnya secara efektif.

         Pada umumnya supervisi pendidikan lebih tertuju kepada supervisi kelas. Supervisi  tersebut cenderung mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi pembelajaran di kelas.Menurut Bahan Belajar Mandiri KKPS (2009)  ada dua macam jenis supervisi, yaitu: (1) supervisi manajerial umum, dan (2) supervisi akademik. Model supevisi akademik ada dua yaitu model supervisi tradisional dan model supervisi kontemporer. Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis .

            Supervisi klinis merupakan layanan profesional dari pihak yang berkompeten dalam bidangnya (dalam hal ini pengawas sekolah), sehingga dapat membuat guru dan sekolah mampu memecahkan problem yang dihadapi. Supervisi klinis yaitu supervisi yang  prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahankan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Artinya supervisi klinis merupakan bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru dan pihak sekolah berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis

Menurut Acheson dan Gall (1997) tujuan supervisi klinis adalah mengingatkan pengajaran guru di kelas. Tujuan ini di rinci lagi kedalam tujuan yang lebih spesifik, yakni: (1) menyediakan umpan balik yang objektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya, (2) mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran, (3) membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran, (4) mengevaluasi guruuntuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya, dan (5) membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan professional yang berkesiambungan.

         Prosedur supervisi klinis menurut Pidarta (2009) berlangsung dalam suatu proses berbentuk siklus terdiri dari empat tahap yaitu (1) tahap persiapan awal, (2) tahap pertemuan awal (3) pengamatan (observasi), dan (4) tahap pertemuan balikan. Pada tahap persiapan awal supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Pada tahap pertemuan awal supervisor dan guru merancang desain pembelajaran dan menyepakati aspek-aspek yang akan diamati . Tahap observasi supervisor mengamati dan mencatat atau merekam tingkah laku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk direkam dan mencatat perilaku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.. Tahap  pertemuan balikan supervisor menunjukkan data hasil pembelajaran yang saja dilaksanakan.

   Kerangka Pikir

          Berdasarkan uraian latar belakang,rumusan masalah,tujuan,dan manfaat penelitian serta kajian teoretis. Maka kerangka pikirnya yaitu adanya suatu keterkaitan antara peningkatan kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran tematik melalui  teknik supervisi klinis di Gugus Cut Nya Dien  Kecamatan Wanasari Kab Brebes.

supervisi klinis (ed)

Tinggalkan komentar